Rabu, 04 Maret 2015

Buka 20 Stand, Indonesia Berpeluang Menjual Makanan Olahan di Pasar Jepang

Buka 20 Stand, Indonesia Berpeluang Menjual Makanan Olahan di Pasar Jepang - Produk makanan olahan Indonesia berpeluang besar untuk mendapatkan tempat di pasar Jepang. Tidak hanya dikarenakan daya beli masyarakat yang tinggi, akan tetapi juga kebiasaan masyarakat Jepang untuk mencoba sesuatu yang baru dan citarasa makanan Indonesia cenderung cocok di lidah orang Jepang. Kedua hal ini menjadi faktor besarnya peluang.

Hal di atas disampaikan oleh Dubes RI untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra, di sela-sela acara Japan Food Expo 2015 yang dibuka di Makuhari Messe, Perfektur Chiba, Jepang hari ini, Selasa (03/03/2015).

Food Expo yang telah digelar untuk ke-40 kalinya dan diikuti oleh 2700 exhibitor dari 83 negara. Kali ini, Indonesia membuka stand sekitar 20. Menurut Yusron, Indonesia merupakan salah satu negara besar di Asia. Karena itu kita perlu berperan aktif dalam acara-acara besar seperti ini.

"Tahun lalu saya juga di tempat ini untuk acara serupa dan sekarang ini saya kembali di tempat ini beserta para peserta Indonesia. Ini berarti kita melakukan promosi secara rutin dan kontinyu." ujar Yusron.

Menurut Yusron, ada beberapa kunci untuk dapat lebih masuk ke pasar Jepang. Diantaranya adalah standarisasi produk, kontinyuitas suplai, link dan promosi. Thailand yang sejak beberapa dekade terakhir mendapat dukungan penuh pemerintahnya, termasuk promosi kuliner Thailand di luar negeri telah menikmati hasil jerih payah mereka. Karena itu Indonesia tentu tidak boleh lengah jika memang serius untuk ikut sebagai pemain.

Menyinggung produk-produk Indonesia di pasar Jepang, termasuk produk makanan kesehatan Indonesia (di Jepang disebut sebagai "kenkou shokuhing”) yang dipamerkan, Yusron mengungkap fenomena menarik tentang kesehatan dan juga makanan-makanan sehat di Jepang.

“Di Jepang ada ungkapan bahwa "demi sehat, mati pun bukan masalah". Nah, melihat kegandrungan seperti ini, kita tentu harus memanfaatkan peluang-peluang seperti ini.” Tambahnya.

Dari data tentang kesanggupan memenuhi kebutuhan pangan, saat ini kemampuan Jepang hanyalah sekitar 60% saja. Ini berarti bahwa 40% kebutuhan pangan Jepang adalah produk impor. Tema politik ketahanan pangan Jepang selama beberapa dekade terakhir ini adalah diversifikasi ketergantungan sumber pasokan pangan dari luar negeri.

Ini tentu merupakan isyarat penting mengenai peluang yang terbuka lebar bagi pasar produk makanan Indonesia di Jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar