Buka 20 Stand, Indonesia Berpeluang Menjual Makanan Olahan di Pasar Jepang - Produk makanan olahan Indonesia berpeluang besar untuk mendapatkan
tempat di pasar Jepang. Tidak hanya dikarenakan daya beli masyarakat
yang tinggi, akan tetapi juga kebiasaan masyarakat Jepang untuk mencoba
sesuatu yang baru dan citarasa makanan Indonesia cenderung cocok di
lidah orang Jepang. Kedua hal ini menjadi faktor besarnya peluang.
Hal di atas disampaikan oleh Dubes RI untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra, di sela-sela acara Japan Food Expo 2015 yang dibuka di Makuhari Messe, Perfektur Chiba, Jepang hari ini, Selasa (03/03/2015).
Food Expo yang telah digelar untuk ke-40 kalinya dan diikuti oleh 2700 exhibitor dari
83 negara. Kali ini, Indonesia membuka stand sekitar 20. Menurut
Yusron, Indonesia merupakan salah satu negara besar di Asia. Karena itu
kita perlu berperan aktif dalam acara-acara besar seperti ini.
"Tahun
lalu saya juga di tempat ini untuk acara serupa dan sekarang ini saya
kembali di tempat ini beserta para peserta Indonesia. Ini berarti kita
melakukan promosi secara rutin dan kontinyu." ujar Yusron.
Menurut
Yusron, ada beberapa kunci untuk dapat lebih masuk ke pasar Jepang.
Diantaranya adalah standarisasi produk, kontinyuitas suplai, link
dan promosi. Thailand yang sejak beberapa dekade terakhir mendapat
dukungan penuh pemerintahnya, termasuk promosi kuliner Thailand di luar
negeri telah menikmati hasil jerih payah mereka. Karena itu Indonesia
tentu tidak boleh lengah jika memang serius untuk ikut sebagai pemain.
Menyinggung produk-produk Indonesia di pasar Jepang, termasuk produk makanan kesehatan Indonesia (di Jepang disebut sebagai "kenkou shokuhing”) yang dipamerkan, Yusron mengungkap fenomena menarik tentang kesehatan dan juga makanan-makanan sehat di Jepang.
“Di
Jepang ada ungkapan bahwa "demi sehat, mati pun bukan masalah". Nah,
melihat kegandrungan seperti ini, kita tentu harus memanfaatkan
peluang-peluang seperti ini.” Tambahnya.
Dari data tentang
kesanggupan memenuhi kebutuhan pangan, saat ini kemampuan Jepang
hanyalah sekitar 60% saja. Ini berarti bahwa 40% kebutuhan pangan Jepang
adalah produk impor. Tema politik ketahanan pangan Jepang selama
beberapa dekade terakhir ini adalah diversifikasi ketergantungan sumber
pasokan pangan dari luar negeri.
Ini tentu merupakan isyarat penting mengenai peluang yang terbuka lebar bagi pasar produk makanan Indonesia di Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar